"Serahkan padaNya.!!"

“Kenapa jadi begini”, “Coba dulu pilih ini”, “Gara-gara begini aku jadi kayak sekarang”, “Ini karna orang lain saya jadi begini” dan banyak ungkapan lainnya. Mengeluh akan apa yang kita dapatkan sekarang, merasa kurang atau bahkan menyesali keadaan yang kita alami. Bahkan mungkin dengan sadar pernah meyalahkan keadaan, merasa lebih menderita dibanding orang lain sampai dengan merasa tidak suka melihat orang lain tak memiliki masalah sama dengan apa yang menimpa kita.

Saya pernah mendengar kisah seorang yang hatinya diliputi akan rasa menyesali keadaan yang telah di laluinya, menyalahkan orang-orang yang berada disekitarnya. Seketika itu ia merasa hidup pun dijalaninya dengan rasa sesal yang tak kunjung reda. Menjadikan ia bak roda berputar yang tak menggelinding, melakukan gerak berputar dengan merasa ingin membenahi kesalahan yang telah lalu dengan hanya sibuk terus mencari kesalahan diri di masa lalu namun tak di iringi dengan gerak perubahan, berputar tanpa perpindahan.

Tanpa sadar hati pun dipenuhi rasa tidak bersyukur, dengki, dendam dan berbagai macam penyakit hati lainnya. Hingga lupa akan betapa banyaknya nikmat yang telah kita dapatkan, menjadi tak suka dengan kebahagiaan orang lain atau bahkan merasa ingin orang lain mengalami hal yang sama dengan apa yang kita alami. Seketika itu terus menyalahkan keadaan di sekeliling, menyalahkan orang lain atas peristiwa yang menimpanya atau bahkan menyalahkan Allah dengan takdir yang telah ditetapkannya pada kita, Naudzubillah.

Muslim semestinya menyadari bahwa segala yang terjadi pada dirinya telah di tentukan oleh Allah, kebaikkan serta keburukkan yang menimpanya adalah ketentuan dariNya. Dalam sebuah kisah di ceritakan wasiat seorang sahabat Rasul kepada anaknya,

Aku (al-Walid bin ‘Ubadah) masuk rumah ‘Ubadah, ketika beliau tengah sakit, yang saya kira beliau tengah meregang maut. Aku bertanya, “Ayah, Wasiatkan kepadamu, dan bekerja keraslah untukku.” Beliau pun berkata, “Dudukanlah aku!” Lalu berkata, “Wahai anakku, kamu tidak akan pernah menemukan rasanya keimanan, dan kamu tidak akan pernah mencapai keyakinan yang sejati akan Allah swt, sampai kamu meyakini qadar, baik dan buruknya dari Allah.” Berkata (perawi hadits), “ Aku berkata, Ayah, bagaimana aku dapat mengetahui  qadar itu baik atau buruk?” Beliau menjawab, “Kamu harus yakin, bahwa apa yang menimpamu bukan untuk membuatmu bersalah, dan apa yang membuatmu bersalah tidak selalu menimpamu. Anakku aku mendengar Rasulullah bersabda : Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah SWT adalah pena. Lalu Dia berfirman kepadanya, “Tulislah!” maka, sejak saat itu pena pun menulis apa yang ada hingga akhir kiamat.” Anakku jika nanti kamu mati, tetapi tidak meyakini itu, maka kamu pasti masuk neraka. (HR. Ahmad dari ‘Ubadah bin Shamit)

Muslim pun semestinya senantiasa meyakini bahwa apa yang didapatkannya merupakan ketetapan yang telah ditentukan Allah SWT kepada kita, Rasulullah bersabda :

Sesungguhnya seseorang di antara kamu dikumpulkan di dalam kandungan , ibunya dalam usia 40 hari, kemudian mengalami nidasi seperti itu, kemudia terbentuklah segumpal dagng seperti itu, kemudian allah mengutus malaikat kepadanya dengan membawa 4 perintah : Lalu, Amalnya, Ajal, Rizki, susah dan bahagianya pun ditulis. Setelah itu ditiupkanlah ruh kepadanya. Maka seseorang akan mengerjakan perbuatan penghuni neraka, hingga jara neraka dengannya tinggal satu hasta, kecuali ketetapan (catatan) tersebut mendahuluinya. Dia pun akan mengerjakan perbuatan penghuni surga, hingga jarak surge dengannya tinggal satu hasta, kecuali ketetapan (catatan) tersebut mendahuluinya. Lalu dia pun mengerjakan perbuatan penghuni neraka, hingga dia benar-benar masuk neraka. (HR. Bukhari dari Abdullah)

Ketika seorang muslim menyadari keadaan yang menimpanya dirasa berat dan menyakitkan, semestinya ia senantiasa yakin bahwa Allah SWT tidak pernah melepaskannya tanpa pengawasanNya.

Ketika kita di hadapkan pada perkara atau peristiwa yang memberatkan dan suatu masalah yang menyulitkan kita, kembali kita ingat akan firmanNya:

“Maka sesunggguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al Insyiroh ayat 5-6)

Semestinya kita senantiasa menyadari bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi pada kita tanpa izin dan pengaturanNya, Sehingga hati kita pun senantiasa diliputi ketenangan, bahkan Allah SWT telah menjanjikan ketenangan kepada kita,
“Ketahuilah, Hanya dengan mengingat Allah (zikrullah) hati menjadi tenang” (QS. Ar Ra’d ayat 28)

Dan Allah SWT memerintahkan kita untuk senantiasa bertawakal dalam menjalani hidup,
“Dan bertawakallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memujiNya. Dan cukuplah dia Maha mengetahui dosa-dosa hambaNya.” (QS. Al Furqon ayat 58)
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (TQS. at-Thalâq [65]: 3)

Hingga kita sebagai muslim pun senantiasa menyadari seberapa pun usaha yang kita lakukan tanpa izin dan petolonganNya tiada akan dapat tercapai. Karena tiada daya dan kekuatan melainkan hanya milik Allah. Kita di bebankan tanggung jawab menjalani hidup sesuai dengan pengaturan yang telah di berikanNya, ketika apa yang kita lakukan telah sesuai dengan apa yang diperintah dan yang dilarang oleh Allah SWT, maka serahkan padaNya apapun ketetapan dan ketentuan yang akan diberikanNya pada kita. Semoga kita senantiasa kuat dalam mengusahakan dan memberikan yang terbaik pada setiap urusan kita karena Allah. Wallahua’lam bi Showab.  

Comments

Popular posts from this blog

FKAM (Forum Komunikasi Aktivis Muslimah) Solo #1

Kekuatan Aqidah