Biri-Biri (Hikmah #1)

Malam senin, 13 Oktober 2013 telah lahir dua anak biri-biri. Di temukan keduanya dilahirkan di kandang yang ada di pekarangan rumah mbah saya. Mereka pun diusung keluar dari kandang dengan maksud mempersilahkan sang induk menyusui anak bayinya dengan leluasa. Setelah dibiarkan di luar kandang, entah mengapa induk justru terkesan tak perduli dengan kedua anaknya. Ia sibuk mencari rumput-rumput untuk dimakannya sendiri. ia beralih pergi meninggalkan anak dan sibuk dengan urusannya sendiri.


Mbah saya terus memaksa sang induk untuk diam, mulai dari tali hingga segala peralatan dikerahkannya untuk menjaga induk diam pada satu tempat dan bersedia menyusui anaknya. Namun, usaha itu tak banyak membuahkan hasil, sang induk justru semakin sibuk dengan 'kepentingannya'.

Selidik punya selidik, setelah di periksa oleh mbah saya, ternyata induk biri-biri tidak mengeluarkan air susu yang dibutuhkan kedua anaknya. Entah mengapa, saya agak bingung dengan fenomena ini, sepengetahuan saya induk mamalia ketika bereproduksi (hamil dan melahirkan) tentu memiliki kelenjar yang juga merangsang air susu untuk keluar yang bermanfaat penting untuk kepentingan si bayi.

Sang bayi terus menanti air susu. Ia terus berharap mendapatkan susu yang dibutuhkannya, dengan kondisi fisik yang lemah bahkan berdiri pun tak mampu. Akhir cerita, mbah saya membelikan susu bendera yang dimasukkan kedalam dot susu bayi. Dot susu ini cukup bermanfaat tampaknya, terbukti di pagi harinya ia tak lagi tampak seperti semalam, sang anak telah mampu berdiri tegak dan lincah bergerak di pekarangan rumah mbah. Alhamdulillah.

Namun ternyata, Allah mengatur jalan yang berbeda di siang harinya.. kedua anak tak dapat bertahan lama dengan ketiadaan asupan air susu induknya. kedua bayi wafat di pekarangan rumah mbah saya.

Pelajaran yang dapat diambil dari kisah diatas adalah bukti betapa lemah dan terbatasnya makhluk ciptaan. Ketika manusia dilahirkan, Allah tetunya sudah mengatur segala kebutuhannya dengan amat teratur. tak akan mampu manusia mengusahakan apapun tanpa pertolonganNya.



Peristiwa yang dialami sang bayi biri-biri sama halnya terjadi, dihari kelahiran manusia, dengan segala kelemahan yang dimilikinya. Tak akan mampu ia menentukan sendiri asupan nutrisi pertama yang dikonsumsinya. Hal ini menunjukkan betapa lemahnya manusia, jika bukan atas kehendak Allah agar kita mampu untuk bertahan, kita tak akan mampu mengusahakan sesuatu pun.

Renungan untuk kita semua, bahwa tak ada yang dapat dibanggakan dari yang kita miliki sekarang. Karena pada hakikatnya, bahkan kita mampu menjalani kehidupan hingga detik ini pun hanya atas izin dan pertolonganNya. Sebagai manusia tentunya tak bisa lepas dari salah dan khilaf, bahkan mungkin tanpa sadar muncul rasa bangga akan apa yang dimiliki atau dicapainya hingga saat ini. Mungkin hadits dibawah ini dapat menjadi pengingat dikala rasa seperti itu tanpa sadar muncul dan mengotori setiap keikhlasan dan ketulusan. 


لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ


Tidak akan masuk Surga seseorang yang di dalam hatinya ada kesombongan walau sebesar atom. (HR Muslim, Ahmad dan Tirmidzi) 

serta hadits qudsi dibawah mungkin dapat menjadi cambuk yang senantiasa mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga hati dari kesombongan, 


لْعَظَمَةُ إِزَارِيْ وَالْكِبْرِيَآءُ رِدَآئِيْ فَمَنْ نَازَعَنِيْ فِيْهِمَا قَصَمْتُهُ


Keagungan adalah selimut-Ku dan kesombongan adalah selendang-Ku, barang siapa menentang-Ku dalam keduanya, maka akan Kubinasan dia. (HR Hakim) 

Serta kita di ingatkan untuk senantiasa siap membuka diri dalam menerima kebaikkan yang datang kepada kita,


“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar dzarrah dari kesombongan.” Salah seorang shahabat lantas bertanya: “Sesungguhnya seseorang senang jika bajunya bagus dan sandalnya baik?” Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Dzat yang Maha Indah dan senang dengan keindahan, Al-Kibru (sombong) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”(HR Muslim dalam Shahih-nya, Kitabul Iman, Bab: Tahrimul Kibri wa Bayanuhu)

Wallahua'lam Bi Showab.

Comments

Popular posts from this blog

FKAM (Forum Komunikasi Aktivis Muslimah) Solo #1

Kajian Muslimah